SERANG, CNK – Puasa Asyura’ adalah puasa sunnah yang dilakukan secara turun temurun pada setiap tanggal 10 Muharram tahun Hijriyah yang bertepatan pada hari Sabtu, 5 Juli 2025 Masehi dan tahun 1447 Hijriyah. Adapun makna Hijriyah itu sendiri mengacu pada peristiwa berpindahnya Nabi Besar Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Adapun makna Hijriyah sendiri mengacu pada peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu perpindahan Nabi Besar Muhammad SAW dan menandai awal dari penggalan Hijriyah serta titik awal umat Islam memulai hitungan tahun. Dan pelaksanaan puasa sunnah Asyura sendiri diyakini dapat menghapus dosa kecil selama setahun yang telah lalu — dengan dimulainya hitungan tahun baru — dari penanggalan Islam, karena diyakini dapat memberi keselamatan dari berbagai musibah dan bencana yang bisa terjadi kapan pun juga pada waktu berikutnya bagi hidup dan kehidupan manusia di bumi.
Hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah terjadi pada tahun 622 Masehi yang menandai perubahan besar dari penekanan dan penganiayaan yang dilakukan kaum Quraisy. Lalu terbentuknya komunitas umat Islam — Muslim — yang kuat dan solid dimulainya penyebaran agama Islam sebagai ajaran dan tuntunan bagi umat manusia yang berada di jalan lurus — siratol mustakim — untuk memperoleh rahmatan lil alamin. Siratol mustakim — sebagai jalan yang lurus dan benar bagi manusia — akan membimbing manusia menuju kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akherat. Jalan yang diridho’i Allah ini akan membawa manusia pada keridha’annya.
Siratol mustakim sendiri sebagai petunjuk serta bimbingan dari Allah diberikan untuk manusia menjalani kehidupan didunia agar dapat sampai ke akherat dengan selamat dan berbahagia. Adapun makna dan esensi dari rahmatan lil alamin adalah konsepsi dalam Islam yang menegaskan bahwa Rahmat bagi seluruh alam dan seisinya, bahwa Rahmat Allah tidak hanya sebatas bagi umat Islam semata, tetapi meliputi seluruh makhluk yang ada di jagat raya dengan segenap isinya yang lain, tanpa kecuali.
Begitulah makna bagi seluruh makhluk dalam cakupan rahmatan lil alamin yang bersifat universal bahwa rahmat Allah tidak sebatas satu kelompok atau agama tertentu, tetapi meliputi seluruh alam semesta dan seisinya bersama makhluk yang ada di dalamnya.
Namun begitu, rahmatan lil alamin menjadi tanggung jawab bagi umat Islam untuk menjadi rahmat juga bagi alam dan seisinya untuk menebarkan kasih sayang dan kebaikan kepada seluruh makhluk yang ada. Begitulah konsepsi rahmatan lil alamin bagi umat Islam yang taat dan patuh untuk senantiasa menebarkan kasih dan sayang, keadilan dan kebaikan bagi seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini.
Jadi peringatan pada setiap tanggal 10 Muharram yang juga menjadi bagian terpenting dalam tradisi dan budaya Jawa dengan sebutan “Syuro” ini acap dilakukan dalam serangkaian bentuk tirakat, puasa, samedi, tafakur, mendengarkan petunjuk di tempat-tempat tertentu yang dapat memberikan keheningan, ketenangan dan konsentrasi mendengar bisikan dari langit, acap dilakukan di alas Ketonggo, Masjid Agung Demak, Masjid Kesultanan Banten, Makam para Wali, Gunung Lawu, Pantai Patang Tritis atau Pantai Parang Kusumo serta sejumlah tempat yang dianggap dapat membangun suasana yang mengasikkan saat berbuka puasa Asyura, saat melakukan tafakur atau melafaskan do’a yang dianggap perlu dan penting untuk dibisikkan ke langit agar didengar para malaikat untuk kemudian disampaikan kepada Tuhan. Kendati do’a dan pujian itu sendiri sudah diucapkan langsung kepada Tuhan. Maklumlah yang melakukan ritual keagamaan yang padat muatan spiritualnya sungguh banyak dan ramai pelakunya di Nusantara yang layak dan pantas menjadi pusat spiritual di dunia.
Jacob Ereste, 5 Juli 2025