BANTEN – Gonjang-ganjing masalah elpiji 3 kilogram yang menjadi kebutuhan pokok warga masyarakat kecil, mulai dari kebutuhan rumah tangga pengusaha rumah makan, hingga pedagang makanan keliling yang menggunakan grobak sampai pedagang yang menggunakan kendaraan bermotor ikut terancam, panik dan kelimpungan untuk meneruskan usahanya sekedar untuk untuk bertahan hidup karena kondisi ekonomi di Indonesia masih parah, belum kunjung mampu untuk dipulihkan. Sementara faktor lain, nilai harga dolar ikut menekan, seperti harga bahan pangan lainnya, seperti telur yang membanjiri pasar, tapi harganya terus merayap naik seperti tak mampu dikendalikan.
CAHAYANEWSKEPRI.COM – Daya beli masyarakat yang lemah akibat berbagai usaha dan bidang pekerjaan yang terus dipacu seakan tetap berkisar di tempat, seperti tidak bergerak. Indikatornya pun ditunjukkan oleh sejumlah bentuk usaha yang berjalan di tempat, sejumlah gedung dan aset lainnya yang dijajakan seakan menghiba kepada pembeli yang sama-sama menghadapi kesulitan finansial. Ruang showrom kendaraan bermotor pun riuh menurunkan harga pada titik paling terendah, toh tidak pula banyak yang terjual. Penuhnya ruang showrom kendaraan bermotor di semua tempat bisa jadi bukan saja lantaran kredit macet, tapi juga dari mereka yang sudah sangat terdesak oleh kebutuhan yang tidak memiliki dana talangan di dompetnya.
Lalu gegap gempita kehebohan akibat kelangkaan gas elpiji tiga kilogram di pasar yang sulit didapat dari pengecer yang katanya hendak ditertibkan. Tapi justru yang terjadi adalah kepanikan serta kemarahan dari warga masyarakat yang sulit untuk membeli gas elpiji tiga kilogram yang menjadi kebutuhan mutlak bagi warga masyarakat banyak.
Sergahan Presiden Prabowo Subianto terhadap Menteri ESDM untuk segera mengaktifkan kembali pengecer gas elpiji tiga kilogram (Detik News, 4 Februari 2025) menunjukkan pilihan kebijakan yang salah dari Bahlil Lahadalia yang merusak jaringan distribusi gas elpiji yang sudah berjalan dengan baik. Sebab yang diperlukan adalah pengawasan dan pengendalian harga gas elpiji itu agar tidak masuk dalam jaringan sindikat tengkulak atau mafia yang hendak menguasai dan mengendalikan harga di pasar.
Pernyataan Presiden Prabowo Subianto seperti yang disampaikan Wakil Ketua DPR RI, Sufni Dasco Ahmad bahwa Menteri ESDM harus mengaktifkan kembali pengecer gas elpiji tiga kilogram itu disertai melakukan penertiban terhadap para pengecer jadi agen sub pangkalan secara parsial, ujarnya kepada wartawan, di komplek Senayan, Jakarta, Selasa 4 Februari 2025.
Yang lebih penting dari semua itu bahwa Presiden Prabowo Subianto memerintahkan agar Kementerian ESDM harus memastikan pengecer tidak menjual dengan harga yang mahal kepada masyarakat.
Memang alasan dari pemerintah untuk memangkas penyaluran elpiji tiga kilogram tidak sampai pada tingkat pengecer. Rencana pemangkasan dari model distribusi inilah yang menjadi biang kerok langkanya elpiji tiga kilogram di pasar, sehingga rakyat kecil menjadi semakin susah bahkan menjadi korban, seperti meninggalnya seorang yang mengalami kelelahan akibat antre gas di Tangerang Selatan.
Sudah begitu pun Bahlil Lagadalia pun masih berkilah bahwa kondisi tersebut bukan akibat kelangkaan tabungan gas elpiji tiga kilogram, katanya. Sebab jumlah kebutuhan gas dari tahun 2024 ke tahun 2025 volumenya sama, kata Bahlil Lahadalia kepada media saat di kawasan Bogor, Jawa Barat, Minggu, 2 Februari 2025.
Lucunya lagi Mensesneg Prasetyo Hadi yang ikut nimbrung memberi komentar mengatakan pemerintah ingin merapikan penerimaan subsidi elpiji tiga kilogram yang justru harganya semakin mahal.
Bahkan kebijakan untuk menghapus adanya pengecer elpiji tifa kilogram bukan untuk mempersulit masyarakat kilah Prasetyo Hadi saat di Gedung DPR RI, Jakarta, Sabtu, 1 Februari 2025. Toh, semua kebijakan yang tidak bijak itu telah disergah Presiden Prabowo Subianto dengan memberikan instruksi yang benar bahwa Menteri ESDM harus menganturkan kembali pihak pengecer elpiji tiga kilogram agar tidak menimbulkan kegaduhan serta kemarahan rakyat yang merasa dipersulit dan dirugikan oleh kebijakan Menteri ESDN yang tidak bijak tentang ketersediaan gas elpiji tiga kilogram di tempat biasanya penjual eceran.
[Jacob Ereste].